Tirta Waisak Lambang Spiritual Umat Buddha
By Admin
nusakini.com--Umat Buddha menggelar upacara pengambilan Tirta Waisak di Umbul Jumprit, sebuah mata air alami (petirtaan). Lokasi yang terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung merupakan salah satu tempat sakral sejak jaman Mataram Kuno. Acara ini merupakan rangkaian tak terpisahkan dalam peringatan Tri Suci Waisak yang puncak acaranya akan digelar di Candi Borobudur.
“Dalam khasanah kearifan lokal, air sangat dekat dengan Amrta (air kehidupan). Air menurut filosofinya menggambarkan kesucian, dan ketenangan batin. Air merupakan salah satu unsur dari alam yang memiliki sifat membersihkan (purifikasi), penyucian diri dari kekotoran batin, sumber maupun penunjang kehidupan bagi segenap mahluk hidup,” demikian pesan Sekretaris Ditjen Bimas Buddha Caliadi saat memberikan sambutan pada upacara pengambilan air di Temanggung, Jum’at (20/05).
Menurutnya, sebagaimana mata air pegunungan yang secara terus menerus tiada henti mengalirkan airnya memenuhi sungai-sungai hingga samudera, ajaran Buddha juga memiliki manfaat pembebasan yang tiada habisnya bagi semua mahluk. Untuk itu, Caliadi mengajak umat Buddha untuk meneguhkan hati dan pikiran, menghayati air sebagai lambang spiritualitas kehidupan umat Buddha.
“Mari teguhkan pikiran, hayati air sebagai lambing spiritualitas yang akan membawa penyadaran Dharma dalam kehidupan sehari-hari, menyesuikan konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” pesan Caliadi.
Sesuai dengan tema Waisak Nasional Umat Buddha “Indahnya Kebersamaan dalam Buddha Dharma”, puja bhakti pengambilan air berkah kali ini dilakukan oleh para Bhikkhu Sangha serta umat Buddha Indonesia dari berbagai mazab, yaitu: Theravada, Tantrayana, serta Mahayana. Hal ini mencerminkan kebersamaan seluruh komponen umat Buddha dalam mewujudkan spirit Tri Suci Waisak merajud kerukunan antar intern dan ekstern beragama.
Tiga peristiwa suci (Tri Suci) bagi umat Buddha adalah cermin kesederhanaan, penyatuan diri dengan alam yang mampu menyatukan berbagai kalangan masyarakat dalam mempraktikkan dan memperoleh manfaat dari ajaran spiritual Buddha Dharma tanpa perbedaan sekat Kasta.
Pada kesempatan yang sama, panitia prosesi pengambilan air berkah Waisak, Martinus Nata menyampaikan tentang rangkaian prosesi Tirta Waisak menuju pensakralan di Candi Mendut untuk kemudian dibawa ke altar mandala agung candi Borobudur. Ritual doa juga dilakukan dalam acara puja bhakti di candi Mendut dan Borobudur dipimpin oleh para Bhikkhu dengan membaca paritta, sutra dan mantra. (p/ab)